Monday 21 September 2015

kamu..

Apa yang telah terjadi sampai hari ini tak pernah kurencanakan. Tiba-tiba saja waktu mempertemukan kita. aku yang mencoba membuat kita sepakat untuk menjalin hati. Menumbuhkan perasaan. belajar satu sama lain. Aku berusaha memahami sifatmu yang masih asing untukku. dengan senang hati mencoba menerima duniamu. Hal yang barangkali jarang atau belum pernah aku temui sama sekali. Kita dua orang yang tak sehobi. Aku manusia yang tidak begitu suka dengan keramaian, manusia yang selalu merayakan pencapaian kecil di hidupnya di tempat tempat indah . Jika pun ingin menikmati waktu denganmu, aku lebih suka menghabiskan waktu berdua saja. Menikmati angin yang bertiup lembut. Atau menatap senja di ujung bukit yang tak begitu ramai. Sementara kamu lebih suka hal sebaliknya. Kamu suka hal-hal yang heboh, sesuatu yang meriah. Kamu suka tempat-tempat yang tidak membuatku nyaman sebelumnya.

Beberapa kali kita harus belajar keras saling memahami. Kamu belum paham duniaku. Aku juga tak begitu paham duniamu. Kita sempat berdebat hal-hal yang sebenarnya tak perlu kita debatkan. Tapi yang aku suka darimu, kamu mau belajar tenang. Meski kita belum menemukan pemahaman yang sama. aku sempat berharap Kamu mau belajar menerima duniaku. karena Itu alasan yang membuatku juga ingin belajar memahami duniamu. Hal-hal yang tak pernah kulalui sebelumnya. Meski pada akhirnya, aku menyadari satu hal penting untuk ku. Waktu telah menautkan hati ku. Hal yang aku harap esok akan kita jalani bukan tentang memahami duniaku saja, atau duniamu saja. Namun, kita harus belajar menciptakan dunia yang baru. Dunia kita.

Sebagai orang yang menekuni kegiatan hitung-menghitung bangunan dan bepergian sejak beberapa tahun lalu. Aku pernah berkeinginan menjatuhkan hati dengan dia yang sehobi denganku. Namun, Semesta seolah menuntun hati ini kepadamu. Bukan orang yang berkegiatan menekuni hitung-hitungan ataupun bepergian. Kamu malah menekuni kegiatan masak-memasak. Ya, kamu suka memasak untuk orang-orang. di hari itu kamu pernah berkata kepadaku. Memasak membuatmu merasa bahagia. Sama seperti aku. bepergian membuatku tidak menjadi orang gila. Sejak hari itu aku mengerti satu hal lagi. Terkadang, kita tidak butuh orang yang paham dunia kita. Orang yang sekegiatan dengan kita. Yang kita butuhkan hanyalah orang yang mau menerima dunia kita. Yang mau sama-sama belajar saling memahami. Meski sebelumnya tidak tahu apa pun satu sama lain.

Kini aku telah sepakat dengan hati untuk tetap memperjuangkan apa yang sudah hati ini pilih. Meski beberapa kali tetap berdebat untuk hal-hal yang belum sepenuhnya aku pahami. Tak mengapa, itu wajar saja. Selama aku percaya satu hal. Sehebat apa pun kita berdebat, percayalah, rasa sayang yang aku punya jauh lebih besar dari itu. bantu aku untuk meyakinkan fikiran ini kalau kita akan tetap tumbuh sebanyak apapun perdebatan yang ada. Dulu, aku pernah membayangkan hidup dengan seseorang yang sama-sama cinta menghitung atau bepergian. Namun kini, aku selalu membayangkan, kelak saat aku bepergian ataupun menghitung. Ada seseorang yang menyediakan makanan untukku. Dan orang itu adalah kamu..

No comments :

Post a Comment